Advertisement
Sepatu dari Italia Tunjang Performa Atlet di Kejurnas Panjat Tebing

Advertisement
Harianjogja.com, SOLO -Sejumlah pemanjat tebing seperti Fari Arahman, Surya Agung dan Seto beberapa kali mengusap bubuk kapur atau magnesium klorida pada kedua telapak tangan. Tiga atlet asal DIY itu bersiap menaklukkan tebing artifisial setinggi 15 meter di babak penyisihan nomor lead tim putra di hari pertama Kejuaraan Nasional Panjat Tebing (KNPT) XVII di 2018 di Solo Sport Climbing Center, kompleks Stadion Manahan, Solo, Rabu (28/11/2018).
Full body harness sudah melilit di tubuh ketiganya. Tali pengaman sudah terpaut pada carabiners di pinggang. Mereka langsung bergegas memanjat tebing itu begitu aba-aba dibunyikan. Ketiganya bekerja keras untuk melawan gravitasi. Berbekal kekuatan jari dan telapak kaki, mereka meniti tonjolan bebatuan yang berada di permukaan tebing.
Advertisement
Beberapa kali mereka harus berhenti sejenak untuk sekadar menghela napas dan mengusap telapak tangan dengan kapur supaya tidak licin karena rembesan keringat. Sayang, ini bukan hari baik bagi ketiganya. Mereka hanya mampu memanjat tebing hingga ketinggian sekitar 10 meter. Satu per satu dari mereka terjatuh sehingga gagal melaju ke babak berikutnya.
“Untuk bisa sampai ke puncak yang dibutuhkan itu tiga hal yakni endurance [daya tahan], fisik dan pola napas. Nah, saya yang tidak dapat itu endurance-nya,” papar Surya Agung saat ditemui Solopos.com di lokasi.
Diakui Surya Agung, peralatan yang memadai mampu menunjang kemampuan atlet. Soal sepatu panjat, atlet berusia 16 tahun itu memilih merk La Sportiva yang berasal dari Italia. “Sepatu ini bahannya karet dan kain. Bagian dalam itu lembut karena ada lapisan kain, tapi bagian luar yang terbuat dari karet cukup keras. Sepatu ini cukup elastis sehingga nyaman untuk memanjat. Saya beli sepatu ini seharga Rp2,5 juta,” beber Suryo Agung.
Tim Jawa Tengah M. Marsudin, Muammar Izadi dan Sutrisno tampil lebih baik daripada wakil DIY. Mummar Izadi dan Sutrisno mampu mencapai puncak, sementara Marsudin tergelincir di ketingian sekitar 5 meter. “Kuncinya bisa sampai ke puncak ya cermat baca jalur. Lebih hati-hati dan main ngotot. Cengkraman jari harus kuat. Itu bisa didapat dengan latihan rutin,” kata Sutrisno.
Soal sepatu panjat, Sutrisno juga mempercayakan pada La Sportiva. Meski ada banyak pilihan lain, Sutrisno merasa nyaman dengan tipe sepatu pabrikan Italia ini. “Sepatu ini dibuat dari bahan karet berkualitas. Kalau digunakan untuk menginjak bebatuan yang kecil itu terasa keset dan enak. Tidak licin sehingga tidak mudah tergelincir,” ujar Sutrisno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Gunungkidul Raup Rp214 Juta dalam 2 Hari Kunjungan Wisatawan, Destinasi Pantai Tetap Jadi Favorit
- Catat! Ini Jalur Trans Jogja, Melewati Tempat Wisata, Rumah Sakit dan Kampus
- Di Kulonprogo, Ditemukan Banyak Calon Penerima BSU Rekeningnya Tidak Aktif
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 30 Juni 2025: Kunjungan Wisatawan, Impor Sapi hingga Muhammadiyah Bencana Buka Bank Syariah
- Liburan Sekolah, Okupansi Hotel di Bantul Tembus 80 Persen
Advertisement
Advertisement