Advertisement
Setelah 26 Tahun, Petenis Legendaris Yayuk Basuk Akui Mengalah di US Open 1996 Demi Bela DIY
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Petenis legendaris asal Jogja, Yayuk Basuki, membeberkan fakta mengejutkan dalam perjalanan karirnya sebagai petenis profesional di era 1990-an. Yayuk mengaku pernah dengan terpaksa sengaja mengalah dalam perhelatan akbar atau Grand Slam, tepatnya di US Open pada 1996 silam. Keputusan itu diambil karena harus membela kampung halamannya, dalam hal ini DIY dalam PON XIV di DKI Jakarta.
Sekadar untuk diketahui, US Open merupakan salah satu dari grand slam empat kejuaraan tenis terkemuka di dunia. Untuk bisa lolos mengikuti sebagai peserta kompetisi ini harus memiliki peringat tertentu di skala dunia. Di tahun 1996 US Open digelar pada 16 Agustus hingga 8 September.
Advertisement
Di saat itulah petenis Yayuk Basuki menjadi satu-satunya asal Indonesia mendapatkan tiket untuk bermain di ajang bergengsi tersebut. Akan tetapi di saat bersamaan, tepatnya pada 9 September 1996 hingga 20 September 1996, merupakan jadwal perhelatan PON XIV di DKI Jakarta.
Ketika itu Yayuk merupakan atlet yang paling diharapkan DIY untuk menggondol tiga emas di cabor tenis lapangan. Dengan rentang waktu perjalanan New York-Jakarta saat itu yang mencapai dua hari, maka ia terpaksa mengambil keputusan pahit untuk tidak melanjutkan pertandingan dengan cara mengalah alias tidak memaksimalkan pertandingan. Yayuk tidak mungkin meninggalkan kompetisi itu tanpa permainan, sehingga alternatif tidak memaksimalkan pertandingan menjadi pilihan.
BACA JUGA: Legenda Tenis Roger Federer Pensiun, Ini Perjalanan Kariernya
“Waktu itu pas bersamaan di sana [US Open 1996] masih main, piye carane yowes ngalah [saya mengalah], mulih [pulang ke Jogja], nggo main [untuk main] di PON. Kalau enggak [mengalah], ya enggak sempat [membela DIY]. Perjalanan sudah dua hari, waktu itu PON Jakarta,” kata Yayuk dalam diskusi terkait olahraga di Kota Jogja, Senin (26/9/2022).
Yayuk menyadari itu merupakan keputusan gila yang mungkin tidak akan pernah dilakukan atlet saat ini. Karena di ajang bergengsi tersebut pasti banyak potensi meraih kesuksesan lebih besar. Apalagi, perempuan yang menghabiskan masa kecilnya di Kampung Balapan, Gondokusuman, Kota Jogja ini sangat diperhitungkan dalam turnamen itu. Namun Yayuk menyimpan rapat keputusan itu dan baru diungkap ke publik setelah 26 tahun.
Keputusannya itu dilakukan demi membela DIY di PON yang secara keuntungan finansial dan predikat jelas lebih kecil di bandingkan di ajang internasional seperti US Open. Akan tetapi tetap dipilihnya, karena sejak awal sudah memiliki komitmen membela DIY di jelang akhir gantung raket. Yayuk sudah tidak mungkin lagi membela DIY pada ajang PON XV tahun 2000 di Jawa Timur. Terbukti pada PON XIV di Jakarta, ia mempersembahkan tiga emas di semua kategori.
“Tidak ada penyesalan karena saya membela daerah, saya engga mau [tidak ada yang tahu], waktu itu pasti akan saya sembunyikan. Karena waktu itu kesempatan terakhir di PON,” ujar Ketua Umum Indonesian Olympian Association (IOA) ini.
BACA JUGA: Persaingan Lebih Ketat Akan Berlangsung di Indonesia International Challenge 2022
Yayuk berharap kepada para atlet era saat ini tidak sekadar membela pihak yang berani membayar mahal. Karena keputusannya membela DIY kala itu jelas secara finansial tidak lebih besar dibandingkan laga US Open. Bahkan saat ini secara terang-terangan ada atlet mutasi ke daerah lain yang berani membayar lebih besar.
Ia mengaku pernah memiliki pengalaman di tahun 1980-an dirayu dari daerah lain dengan iming-iming Rp5 juta saat dolar masih Rp300. Namun ia menolak dan tetap bersikukuh membela DIY. “Waktu itu harga mobil Rp2,5 juta, tetapi saya tolak. Maksud saya, tidak ada salahnya jika atlet itu tidak harus selalu mempertimbangkan persoalan finansial,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
- Kongres FPRB Kota Jogja Libatkan Unsur Pentahelix
Advertisement
Advertisement