Advertisement

Inilah Sejarah Stadion Kanjuruhan, Saksi Mata Tragedi Tewasnya 127 Suporter

Mia Chitra Dinisari
Minggu, 02 Oktober 2022 - 13:07 WIB
Jumali
Inilah Sejarah Stadion Kanjuruhan, Saksi Mata Tragedi Tewasnya 127 Suporter Stadion Kanjuruhan - kanjuruhan.weebly.com

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Dari meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri.

Sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sementara sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat.

Advertisement

BACA JUGA : Kronologi Tragedi Stadion Kanjuruhan

Hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit tersebut.

Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri. Stadion Kanjuruhan yang merupakan markas Arema FC menjadi saksi dalam tragedi berdarah tersebut. Ini sejarah stadion kebanggan suporter Aremania tersebut.

Menurut kanjuruhan.weebly.com, stadion tersebut terletak di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dibangun sejak tahun 1997 silam dengan menelan biaya mencapai Rp35 miliar.

Pada 9 Juni 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri resmi menandatangani plakat yang diletakkan di depan stadion milik Pemerintah Kabupaten Malang ini, dengan ditandai gelaran pertandingan kompetisi Divisi I Liga Pertamina Tahun 2004, antara Arema Malang melawan PSS Sleman.

Pertandingan berakhir untuk kemenangan Arema 1-0. Itulah pertama kalinya Arema dan Aremania pindah dari kandang lama Stadion Gajayana, Kota Malang ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Sejak kepindahannya ke Stadion Kanjuruhan, kisah keberuntungan dan kemalangan seolah silih berganti datang dan pergi menyertai perjalanan Arema.

Saksi Mata Kejayaan Singo Edan Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu perjalanan langkah skuat Singo Edan menggapai mahkota Copa Indonesia 2005 dan 2006. Sebelum babak final di dua edisi Piala Indonesia itu, Arema meraih kemenangan-kemenangan penting di Stadion Kanjuruhan sehingga mengantarkannya kepada pertempuran di partai puncak hingga mengangkat trofi juara dua kali berturut-turut.

Di Stadion Kanjuruhan ini pula, Aremania pernah meraih predikat The Best Suporter di ajang Copa Indonesia 2006, meski pemberian gelar dan hadiah tak dilakukan secara simbolis di Stadion Kanjuruhan.

Di stadion ini Arema juga pernah ditahbiskan sebagai kampiun kompetisi sepakbola kasta tertinggi bertajuk Indonesia Super League (ISL) 2009-2010. Kala itu, upacara penobatan juara digelar lewat laga Perang Bintang antara Arema Indonesia melawan Tim All-Star, yakni gabungan 22 pemain yang bermain di ISL pada 6 Juni 2010.

Arema selaku juara ISL harus takluk dengan skor tipis 4-5. Di akhir laga, kiper Arema, Kurnia Meiga Hermansyah pun diganjar gelar Pemain Terbaik ISL 2009-2010 di stadion ini. Selain gelar juara tersebut, di tahun 2010, Panpel Arema juga mendapatkan gelar Panpel Terbaik dalam ISL 2009-2010.

Selain itu berkat kerjasama dengan Aremania, Panpel Arema mampu mencatatkan rataan penonton tertinggi se-Asia Tenggara untuk musim kompetisi 2009-2010 dan 2010-2011. Stadion yang juga menjadi kandang klub medioker milik Pemerintah Kabupaten Malang, Persekam Metro FC ini pun sempat menjadi saksi betapa luar biasanya Aremania dalam mendukung klub kebanggaannya Arema.

Sebut saja beberapa kali aksi pengibaran bendera raksasa berlogo Arema, termasuk aksi kolosal One Incredible Blue (OIB) pada musim 2014, hingga One Soul One Nation yang baru saja kita lewatkan pada 17 Januari 2016 lalu.

Dinilai angker Kanjuruhan juga sempat menjadi stadion yang “angker” lantaran ditinggal para “penghuninya” di ISL musim 2011-2012, kala terjadi dualisme klub Arema. Stadion berkapasitas 45 ribu itu hanya terisi tak lebih dari seribu orang saja di tiap laga yang dilakoni Arema selama putaran pertama.

Lambat laun, di putaran kedua, stadion ini kembali penuh oleh lautan biru Aremania.Pada awal musim 2014, stadion ini mengalami penambahan satu tribun, yakni tribun berdiri.

Tribun ini berada di sekeliling sentelban dengan pagar yang memisahkan tribun dengan lapangan. Penambahan tribun ini praktis menambah kapasitas stadion menjadi benar-benar mencapai 45 ribu penonton. Ketua Panpel Arema, Abdul Haris menyatakan jika penambahan tribun ini dimaksudkan untuk mengantisipasi membludaknya Aremania pada laga-laga tertentu bertajuk big-match.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang DPO Kasus Korupsi Pembangunan Pasar Rakyat Ditangkap di Papua

News
| Sabtu, 20 April 2024, 09:27 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement