Alasan Laga Melawan Indonesia Tetap Penting untuk Argentina meski tanpa Messi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Argentina yang akan menghadapi Indonesia di Jakarta, Senin (19/6/2023) malam, adalah Argentina yang akan mempertahankan gelar juara dunia di Amerika Utara tiga tahun lagi.
Tak ada tim dalam sejarah sepak bola modern yang begitu bergantung pada satu pemain kecuali Argentina.
Advertisement
Pele memang dominan dalam keberhasilan Brasil merengkuh trofi Jules Rimet pada 1958 dan 1970. Namun, Selecao disokong banyak pemain bagus. Ada Garrincha, Mario Zagallo, dan Jairzinho yang membuat Brasil tanpa Pele cukup membuat lawan jeri. Lain halnya dengan Argentina.
Tanpa Diego Maradona, Albiceleste pasti tersungkur di perempat final Piala Dunia 1986. Tanpa gol Lionel Messi ke gawang Meksiko, Argentina bisa saja terbenam di fase grup Piala Dunia 2022. Tanpa gol serta asis Messi ke gawang Australia, Belanda, juga Kroasia, Argentina tak akan ke final. Dan tanpa gol Messi ke gawang Prancis, Argentina tidak mungkin menjadi juara dunia.
Messi bukan cuma pandai membikin gol. Pengalaman, kesabaran, dan sikap tahu diri menghadapi usia yang menua menatahnya sebagai ruh permainan Argentina, menjadi pencetak gol terbaik sekaligus playmaker paling cerdik.
Argentina harus bersiap hidup tanpa Messi di waktu yang tidak lama lagi karena menurut dia, “Piala Dunia Qatar adalah piala dunia terakhir saya dan saya tidak yakin akan bermain di Piala Dunia 2026.”
BACA JUGA: Mengapa Cristiano Ronaldo Masih Hebat di Usia Tua? Ini Rahasianya
Messi kurang punya ambisi seperti Cristiano Ronaldo atau Luca Modric atau Lothar Matthaus atau Roger Milla. Keempatnya masih memiliki hasrat meluap-luap bermain di turnamen level tertinggi menjelang atau selepas usia 40 tahun.
Di umur 35 tahun, Messi merasa sudah cukup. Bahkan, setelah kejayaan yang tak terlupakan di Qatar, Messi menganggap Ballon d'Or, “Tidak lagi penting untuk saya.”
Messi mengambil arah berbeda dalam karier profesionalnya yang membentang hampir 20 tahun. Dia meninggalkan gemerlap kompetisi Eropa, melepas kesempatan menyalip Ronaldo dalam daftar rekor gol terbanyak Liga Champions, dan menyeberangi Samudra Atlantik untuk pindah ke Inter Miami, klub kecil berumur lima tahun dengan stadion yang hanya mampu menampung 18.000 orang.
BACA JUGA: Kekalahan Maroko dan Frustrasi Anak Muda Negeri Magribi
Argentina pun bersiap mengubah haluan. Sejak 17 Agustus 2005, ketika Messi memulai debut internasional melawan Hungaria dan langsung diganjar kartu merah ketika baru dua menit masuk lapangan, Argentina sudah bermain 175 kali dan menang 130 kali. Dalam kurun tersebut, 54 kali Argentina tidak diperkuat Messi. Mereka menang 30 kali serta kalah dan seri masing-masing 12 kali.
Sudah setahun lebih sejak tidak ada Messi di Timnas Argentina. Di Kualifikasi Piala Dunia 2022 melawan Kolombia, 2 Februari 2022, Argentina menang 1-0 tanpa Messi berkat sebiji gol Lautaro Martinez. Kesempatan pertama untuk Argentina menjalani pertandingan-pertandingan tanpa La Pulga adalah melawan Indonesia, tim nasional peringkat 149 dunia. Pelatih Lionel Scaloni agaknya sudah memutuskan untuk menapak pelan membentuk tim baru, dengan alasan memberi waktu mengaso kepada pilar tim yang sudah sepuh.
“Messi, Otamendi, dan Di Maria tidak meminta absen melawan Indonesia. Namun, saya mengistirahatkan mereka agar bisa bersama keluarga. Mereka layak mendapat jatah libur lebih dari siapa pun,” kata Scaloni kepada Tyc Sports seusai pertandingan persahabatan melawan China, Kamis (15/6/2023).
Nicola Otamendi gampang diganti. Argentina punya banyak stok bek tengah yang tak akan kesulitan menghadapi striker-striker ulung seperti Kylian Mbappe, Neymar, Harry Kane, atau Erling Haaland. Lisandro Martinez dan Cristian Romero sudah terbukti bisa diandalkan. Juan Foyth dan Leonardo Balerdi juga punya potensi melebihi ketangguhan Otamendi. Kehilangan Angel Di Maria tak akan terlalu merisaukan. Di tiga pertandingan fase gugur sebelum final Qatar 2022, Di Maria hanya menjadi cadangan dan Argentina seperti tak kehilangan dirinya.
BACA JUGA: Anarkisme Sampaoli Benamkan Argentina dan Messi
Messi tentu saja adalah cerita lain. Selepas Diego Maradona gantung sepatu, Argentina harus menghadapi “Maradona-Maradona Baru” yang selalu berakhir menjadi pemain medioker dalam diri Ariel Ortega, Pablo Aimar, Juan Roman Riquelme, Javier Saviola, hingga Franco Di Santo. Butuh waktu 20 tahun sejak Argentina menjadi juara dunia di Meksiko hingga Messi tampil perdana di Piala Dunia di Jerman 2006.
Argentina U-20, yang bisa tampil di Piala Dunia bulan lalu hanya karena FIFA mencabut status tuan rumah Indonesia, tidak menawarkan apa-apa. Luka Romero maupun Matias Soule, dua nama yang menjadi masa depan Lazio dan Juventus, masih jauh dari label “Messi Baru”. Kemampuan mereka biasa-biasa saja dan tidak mengesankan.
Qatar 2022 melahirkan Enzo Fernandez, Alexis Mac Allister, dan Julian Alvarez. Namun, tipe ketiganya bukan seperti Messi. Enzo lebih pas menjadi penerus Javier Mascherano atau Fernando Redondo. Mac Allister bermain seperti Maxi Rodriguez. Alvarez adalah penyelesai serangan dan Argentina tak pernah kekurangan pemain sejenis ini sejak era Jorge Valdano, Gabriel Batistuta, Carlos Tevez, Gonzalo Higuain, sampai Sergio Aguero.
BACA JUGA: Mario Gotze, Kemerosotan Tuhan Palsu
Sebenarnya ada Paulo Dybala. Di puncak performanya saat membela Juventus sebelum kedatangan Cristiano Ronaldo, Dybala tak pernah punya kesempatan mengembangkan potensinya di Argentina. Dia harus bersaing langsung dengan Messi sementara Messi enggan bermain bareng karena keduanya kerap saling menyerobot wilayah permainan. Sekarang, Dybala sudah melewati fase terbaiknya.
Ada dua pemain paling menonjol dan mendekati status sebagai penerus Messi. Keduanya masih 18 tahun dan dibawa Scaloni ke Jakarta untuk menghadapi Indonesia, yakni Alejandro Garnacho dan Facundo Buonanotte.
“Akselerasinya mengingatkan saya kepada Messi,” kata Carlos Tevez tentang Bunanotte kepada media Argentina, Rosario3, tahun lalu.
“Sudah lama saya tidak melihat anak muda bermain seperti dia. Sungguh sangat menyenangkan.”
Baru Januari 2023 lalu Buonanotte pindah dari klub di tanah airnya, Rosario Central, ke Brighton di Liga Inggris dan penampilannya cukup menjanjikan.
Garnacho lebih terkenal untuk alasan yang cukup ironis bagi pemuja Messi. Di mata fans Manchester United, Garnacho adalah pewaris Cristiano Ronaldo karena sama-sama bermain sebagai penyerang sayap kiri di usia belia. Di Argentina, ada banyak tempat yang tersedia untuk Garnacho. Dia bisa menjadi penerus Di Maria atau kalau mau mengembangkan wawasan permainan, dia bisa menapaktilasi jejak Messi. Menghadapi tim selemah Indonesia, Scaloni bisa saja tergoda menurunkan keduanya sejak menit awal secara bersamaan.
Bagi Indonesia, pertandingan melawan Argentina adalah kesempatan langka.
“Sebenarnya, menganggap ini pertandingan hiburan adalah pemikiran yang salah. Kami harus memikirkan [belajar] dari Argentina kenapa bisa menjadi juara dunia,” kata Pelatih Indonesia Shin Tae Yong dalam konferensi pers sebagaimana dilaporkan Antara, Minggu (18/6/2023).
Bagaimana pun, akan sangat naif jika mengharapkan pemain-pemain Indonesia mengambil banyak pelajaran berharga dari hanya satu pertandingan melawan juara Piala Dunia. Indonesia pernah menghadapi Belanda, tiga tahun setelah Belanda menjadi finalis Piala Dunia 2010. Indonesia juga pernah menghadapi Uruguay, tiga bulan setelah Uruguay kalah dari Belanda di semifinal Piala Dunia 2010. Tentu saja Indonesia kalah dari keduanya dan sepertinya Indonesia tidak mengambil pelajaran apa pun dari pertandingan itu.
Ada baiknya melihat laga di Stadion Gelora Utama Bung Karno nanti malam sebagai peluang menjajal gambaran masa depan Argentina sepeninggal Lionel Messi, pemain yang kepadanya hampir seluruh rakyat Argentina pernah menyerahkan harapan dan mendapat balasan setimpal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Rem Blong, Truk Tronton Sejumlah Kendaraan di Slipi, Satu Orang Meninggal Dunia
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pemda DIY Gelar Kelana Humas, Branding Sumbu Filosofi Lewat Lensa Kreatif Generasi Muda
- Dalam Sehari 3.000 APK Dicopot di Gunungkidul
- Urai Kemacetan Saat Liburan Natal dan Tahun Baru, Dishub DIY Siapkan Strategi Khusus
- Logistik Pilkada Bantul Mulai Didistribusikan ke Ribuan TPS
- Warga Sleman yang Mencoblos dengan KTP-el Akan Dilayani Mulai Pukul 12.00 WIB
Advertisement
Advertisement