Advertisement

Kisah Rasa Sayang Perempuan Muda Terhadap Klub Bola..

Sirojul Khafid
Selasa, 17 Oktober 2023 - 11:27 WIB
Sunartono
Kisah Rasa Sayang Perempuan Muda Terhadap Klub Bola.. Suporter perempuan. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sampai hari ini, stadion sepak bola masih menjadi ruang maskulin, dengan mayoritas penontonnya laki-laki. Ladies Curva Sud mencoba memberikan ruang bagi para perempuan agar aman dan nyaman menikmati olahraga paling populer sejagat ini.

Dari pandangan mata, kemudian jatuh cinta pada sepak bola. Oktavia Saputri mengenal sepak bola sejak belia. Ayahnya seorang pemain sepak bola klub lokal. Seringnya menonton si ayah bermain, lambat laun membawanya juga mencintai sepak bola.

Advertisement

Memasuki tahun 2014, atau saat Oktavia di akhir-akhir masa sekolah menengah pertama, seorang teman mengajaknya menonton pertandingan sepak bola secara langsung pertama kali di Stadion Maguwoharjo, markas dari klub PSS Sleman. Pengalaman itu yang membawanya sampai saat ini menjadi fans PSS Sleman. Kecintaan pada PSS Sleman semakin kuat dengan bergabung bersama Ladies Curva Sud (LCS) yang sudah ada sejak 29 Januari 2012.

BACA JUGA : Akhirnya, Suporter Wanita Iran Boleh Nonton di Stadion

“[Senengnya nonton sepak bola secara langsung] bisa ketemu temen, kumpul bareng, nonton bareng, bisa teriak-teriak bareng,” kata Oktavia, Selasa (19/9/2023).

“Dulu udah nyanyi-nyanyi bareng, kalau koreo udah ada, tapi belum semaksimal sekarang, sekarang bagian koreo sudah ada divisi sendiri.”

Meski resmi berdiri sejak 2012, embrio LCS sudah ada jauh sebelumnya. Curva Sud merujuk pada Bahasa Italia yang kurang lebih artinya lengkungan Selatan atau dalam konteks stadion bisa berarti tribun Selatan. LCS merupakan wadah para suporter PSS Sleman perempuan yang bernaung di tribun Selatan. Awalnya, baik suporter perempuan atau laki-laki saling bertemu di tribun tersebut. Satu sama lain belum saling kenal. Kemudian mereka saling bertegur sapa dan berkumpul. Kala itu, kebanyakan suporter masih usia anak sekolah.

Perjalanan ini membentuk Brigata Curva Sud (BCS) yang tumbuh secara alami. Perkumpulan yang semakin banyak kemudian menciptakan BCS secara resmi pada 2010. Dua tahun berselang, wadah berupa LCS dianggap perlu ada. Penamaan dan juga identitas perkumpulan suporter ini berkiblat pada ultras di Italia. LCS lahir dengan semangat membersamai para perempuan pecinta sepak bola, khususnya PSS Sleman, untuk bisa menonton bersama dengan nyaman.

“Saat itu rencana komunitas khusus perempuan, karena kalau gabung sama cowok-cowok kadang malu-malu,” kata Oktavia yang kini menjadi salah satu perwakilan dari LCS.

“Anggota LCS [pada dasarnya semua perempuan yang ada di tribun Selatan. Tidak ada ketua, hanya orang-orang yang membantu mengkoordinasi saja, no leader just together.”

Apabila anggota LCS merujuk semua perempuan yang ada di tribun Selatan, maka anggotanya bisa mencapai puluhan ribu orang. Di dalamnya terbagi atas LCS independen (perseorangan) dan komunitas (komunitas suporter yang lebih kecil lagi). Lantaran usianya yang sudah 11 tahun, latar belakang anggota LCS sudah semakin beragam. Apabila dahulu banyak anak-anak sekolah, kini sudah merambah para pekerja lintas sektor. Bahkan tidak hanya masyarakat Sleman, namun juga daerah lain di dalam dan luar DIY.

Sebelum pertandingan PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, LCS biasanya berkumpul. Mereka juga bisa mengkoordinasi pembelian tiket secara komunal. Tidak hanya sebelum laga, kumpul juga berlangsung sebulan sekali. Dalam beberapa kesempatan, LCS juga mengadakan agenda bersama seperti futsal atau sekadar nongkrong dan saling bertukar cerita. Para anggota LCS juga turut terlibat dalam pembuatan koreo saat pertandingan.

Dengan adanya wadah berupa LCS, suporter PSS Sleman perempuan punya wadah dan teman jika ingin menonton bersama di stadion. “Misal bingung mau nonton sama siapa, kumpul aja di sini, LCS biasanya di bagian tengah [tribun Selatan], belakang perkusi, dari dulu di situ,” kata Oktavia, yang saat ini berusia 23 tahun.

BACA JUGA : Piala Eropa, Ini Deretan Wanita Cantik dan Seksi Suporter

“[Kami sarankan para] cewek berkumpul, nanti diprioritaskan, kalau gabung cewek cowok, enggak keliatan, desak dari belakang dan depan, lebih enak bareng sama kita yang LCS, nonton bareng di tengah, mau rangkul-rangkulan juga enak misal sama-sama cewek.”

Saran ini bukan tanpa sebab. Jumlah penonton sepak bola yang semakin banyak membuat ruang di tribun semakin sempit. Ada orang-orang yang memanfaatkan kondisi ini untuk melecehkan atau lainnya. Dan itu terjadi berkali-kali. Setiap ada kejadian, LCS dan BCS membicarakannya di forum. Mereka menekankan apabila sesama suporter perlu saling menjaga keamanan dan kenyamanan dalam menonton sepak bola.

Dari banyaknya kasus, LCS juga berusaha mengedukasi para suporter perempuan. Edukasi termasuk hal sederhana seperti memakai pakaian yang memang cocok untuk menonton sepak bola, jangan yang mengundang atau menggoda orang lain. Edukasi lain juga pernah dalam bentuk pemasangan spanduk ‘Tubuh Kami, Kuasa Kami’ yang dipasang di pintu gerbang masuk tribun Selatan. Ini sebagai edukasi sekaligus protes akan masih banyaknya kejadian pelecehan seksual baik verbal maupun fisik di stadion.

Semua ini cara LCS agar semua orang nyaman menonton sepak bola, agar semua orang bisa menyalurkan kecintaan pada klub-nya, agar semakin banyak cerita menyenangkan di stadion yang tercipta. Menjadi suporter seperti menemukan keluarga baru, saat semua keluh kesah sampai sukacita bisa bertemu dan berbaur. ‘If you give us 90 minutes, we will give you a lifetime’.

“Semoga LCS sampai tahun kapan pun tetep ada, [meski anggota lama] mulai sibuk masing-masing, harapannya tetep ada yang ngurus meski bukan kami, tapi generasi ke depannya,” kata Oktavia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Puncak Musim Kemarau Diprediksi Juli-Agustus, Soal El Nino Ini Kata BMKG

News
| Sabtu, 27 April 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement