Advertisement

Kekerasan Suporter di Stadion Maguwoharjo, Tak Jelas Kawan atau Lawan

Sirojul Khafid
Kamis, 21 Desember 2023 - 21:37 WIB
Maya Herawati
Kekerasan Suporter di Stadion Maguwoharjo, Tak Jelas Kawan atau Lawan Suasana pertandingan sepak bola di Stadion Maguwoharjo beberapa waktu lalu. - Harian Jogja - Sirojul Khafid.

Advertisement

SLEMAN—Tidak ada pola khusus kekerasan yang terjadi di Stadion Maguwoharjo. Pelaku bisa dari teman pendukung satu tim klub sepak bola. Pelecehan seksual juga menyerang laki-laki.

“Menonton pertandingan sepak bola di stadion itu satu langkah lebih dekat dengan kematian,” kata Naratama (nama samaran), salah satu suporter klub sepak bola di DIY, Jumat (1/9/2023).

Advertisement

Ungkapan itu menggambarkan situasi sepak bola yang Naratama rasakan sekitar tahun 2008 sampai 2010. Baik saat tim yang dia dukung berlaga di dalam maupun luar DIY. Apalagi saat bertemu tim yang sama-sama dari DIY, rivalitas yang tinggi seringkali memunculkan kericuhan. Di tahun-tahun tersebut, rivalitas tim maupun suporter sedang panas-panasnya.

Dari pengalaman Naratama mendukung timnya bertandang ke kandang lawan, potensi terjadinya kerusuhan sekitar 70 persen. Kerusakan motor maupun luka di tubuh menjadi rekam jejak yang pernah dia alami. Pelaku berasal dari aparat pengamanan dan suporter lawan.

Menurut Naratama, saat suatu tim bertandang dan antar suporter rusuh, polisi cenderung memukul mundur suporter tim tamu. Hal ini lantaran jumlahnya yang lebih sedikit, sehingga potensi kerusuhan bisa lebih cepat mereda. Pernah juga luka ringan yang berasal dari suporter karena lemparan batu dan sejenisnya.

“Enggak ada pola khusus kenapa rusuh. Mau menang atau kalah tetep rusuh. Khusus untuk lingkup DIY, persaingan kala itu memang enggak sehat aja. Kekerasan juga bisa berasal dari suporter satu klub. Satu klub sepak bola punya banyak kelompok pendukung,” katanya, Jumat (1/9/2023). “Bahkan saat berangkat [ke pertandingan], udah ada mindset nantinya akan rusuh.”

Dalam survei terbuka yang kami sebar, dari total 61 kasus kekerasan yang terjadi di Stadion Maguwoharjo, 17 pelaku di antaranya berasal dari suporter satu tim. Selain 17 pelaku berasal dari suporter satu tim, latar belakang pelaku lain yaitu 32 orang dari suporter lawan, 5 pelaku dari aparat keamanan, dan sisanya tidak diketahui identitasnya.

Sebanyak 61 kasus ini terdiri dari kekerasan body shaming sebanyak 8 kasus, ancaman atau kekerasan lisan non seksual 17 kasus, ancaman atau kekerasan lisan seksual 3 kasus, serangan fisik non seksual 22 kasus, serangan fisik seksual 5 kasus, serta diskriminasi berbasis gender dan difabel 6 kasus.

Dari 17 kasus kekerasan lisan non seksual di Stadion Maguwoharjo, sebanyak 14 kejadian menyasar laki-laki dan 3 sisanya perempuan. Adapun pelaku kasus tersebut terdiri dari 14 suporter lawan dan 3 kasus dari suporter satu tim yang sama dengan korban.

Sementara untuk kasus serangan fisik non seksual, dari total 22 kasus yang terjadi, sebanyak 19 kejadian menyasar laki-laki dan 3 sisanya pada perempuan. Dari total kasus kategori tersebut, sebanyak 9 pelaku berasal dari suporter lawan dan 7 dari suporter satu tim yang sama dengan korban. Sebanyak 2 pelaku lainnya berasal dari aparat keamanan dan 2 tidak diketahui identitasnya. Contoh kekerasan fisik non seksual yang sampel ceritakan seperti saling dorong di pintu gerbang, saling dorong di tribun, baku pukul, sampai dilempari berbagai benda keras.

Semua Bisa Menjadi Korban

Rivalitas antar suporter klub memang terjadi sudah cukup lama. Para senior di komunitas klub juga menurunkan ‘kebencian’ pada juniornya, dan begitu seterusnya. Sehingga saat menonton sepak bola di stadion, perlu siap juga untuk berhadapan dengan kerusuhan. Situasi semacam ini yang membuat Naratama di masa-masa itu tidak berani membawa pacar atau saudara perempuan ke stadion.

Kenapa tidak berani membawa perempuan ke stadion? Kita bisa membaca pengalaman Salihara (nama samaran) menonton sepak bola di Stadion Maguwoharjo. Sebagai perempuan, dia pernah mendapat pelecehan seksual dan verbal saat menonton di Stadion Maguwoharjo.

Kekerasan verbal berupa ucapan, "Ayu, ayu, kok seneng pepanas to mba (cantik, cantik, kok seneng panas-panasan mbak)." Pernah juga dia mendapat ucapan, "Putih mba kulitmu, maneman, engko ireng nangis (Putih mbak kulitmu, sayang, nanti kalau jadi hitam malah nangis)." Atau ucapan seperti, "Sampeyan cendik, mending neng duwur pol atau ngisor pol kae lho mbak (Kamu itu pendek, duduk di bagian paling atas atau paling bawah sana lho mbak)."

Kerawanan pertandingan sepak bola pada perempuan tidak hanya kekerasan verbal, namun juga fisik. Dia pernah terjebak saling dorong saat keluar stadion. Sampai ada pengalaman pelecehan fisik. "[Pernah ada yang] menggesek [tubuhnya] dengan sengaja, [dan] disentuh area belakang secara sengaja. [Waktu itu cuma bisa] diam, karena trauma," kata Salihara.

Namun kekerasan seksual tidak hanya menyasar perempuan seperti Salihara. Masih dari data yang kami himpun, dalam kasus kekerasan berupa body shaming serta kekerasan lisan dan fisik secara seksual, mayoritas menimpa laki-laki. Data menunjukan dari 8 kasus body shaming yang terjadi di Stadion Maguwoharjo, 6 kasus menimpa laki-laki. Dalam kuesioner tersebut, para responden laki-laki menyebutkan contoh body shaming yang mereka alami seperti, "Dikatain item dekil,” dan “Pernah dibilangin kegemukan. Perut buncit."

Temuan lainnya, dalam 3 kasus berupa ancaman atau kekerasan lisan seksual, seluruhnya menimpa laki-laki. Dalam kasus serangan fisik seksual, dari 5 kasus, 4 di antaranya menimpa laki-laki. Begitupun dalam 6 kasus diskriminasi berbasis gender dan difabel, 5 kasus di antaranya menyasar laki-laki. Para sampel kekerasan lisan maupun fisik seksual tidak menceritakan kronologi maupun jenisnya.

Tidak hanya pada penonton, kerusuhan juga bisa menyerang official klub. Pernah ada pertandingan di DIY, saat suporter tim tamu tidak boleh masuk, sehingga di stadion hanya ada suporter tim tuan rumah. Apakah tidak terjadi rusuh? Nyatanya tetap rusuh juga. Kebetulan tim tuan rumah kalah dalam pertandingan.

Anjasmara (nama samaran) sebagai official salah satu tim di DIY melihat detik-detik kerusuhan pecah. "Ada suporter tuan rumah yang nyari official tim tamu, mungkin mau jadi pelampiasan atau gimana. Karena enggak ada suporter lawan, pelampiasan bisa ke perangkat pertandingan atau official tim tamu," katanya, Kamis (24/8/2023).

Saat orang sedang menjadi bagian kelompok, tindakan anarkis atau sejenisnya lebih gampang tersulut. Psikolog UGM, Profesor Koentjoro, mengatakan tindakan anarkis maupun vandalisme yang dilakukan oleh suporter sepak bola terjadi karena dipengaruhi oleh jiwa massa. Seseorang atau individu akan bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan. Ketika berada di tengah massa akan mendorong munculnya perilaku atau tindakan yang tidak akan dilakukan saat sedang sendiri.

“Jiwa massa ini timbul ketika berada di antara massa dan memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan berani melakukan hal-hal itu. Apalagi ditambah dengan mengenakan pakaian atau atribut yang kemudian menggambarkan itu adalah satu bagian,” kata Koentjoro.

Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo. Misalnya saja di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata dan melakukan gerakan tertentu secara tidak sengaja atau tak disadari akan tertular. “Orang sering kali kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan,” katanya.

Meski tetap perlu ada analisis yang lebih mendalam lagi alasan suporter bisa berbuat anarkis. Nyatanya, seiring berjalannya waktu, dengan kedewasaan yang tumbuh, suporter pun bisa berubah. Naratama tetap menjadi pendukung klubnya selama belasan tahun. Namun ada perbedaan pandangan dan fokus kegiatan.

Waktunya Berubah

Banyaknya kerusuhan yang merugikan banyak pihak membuatnya lelah. Setiap bertanding rusuh. Bertandang ke luar kota, ada potensi dicegat dan lagi-lagi rusuh. Selepas pertandingan, ada saja warga yang komplain. Setelah pertandingan, ada saja hal viral yang memberitakan keburukan suporter klubnya.

"Aku sadar, aku capek, liat sepak bola selalu rusuh," kata Naratama. “Seiring berjalannya waktu, aku lihat kedewasaan udah tumbuh, di DIY dan sekitarnya, yang dulu agresif, sekarang udah ketata. Perlu edukasi kenceng banget, bertahun-tahun.”

Naratama satu dari sekian banyak orang yang ambil bagian dari upaya edukasi pada sesama suporter. Dia pernah menginisiasi pembuatan zine. Berisi berbagai edukasi dan kabar tentang klub-nya. Dia menyebar zine itu pada penonton, biasanya saat jeda pertandingan.

Edukasi bisa dari hal yang sederhana dan dekat dengan para suporter. Contohnya mengimbau suporter menonton sepak bola tanpa motor berknalpot brong. Knalpot jenis itu salah satu yang memancing kerusuhan dan sinisme warga.

Tak disangka, zine itu disambut baik para suporter. Banyak yang meminta. Produksi semakin banyak. Dukungan dana satu dua datang. Ini berjalan bertahun-tahun. Anggapan apabila suporter tidak suka membaca terpatahkan di sini. Pernah zine cetak ulang sampai berkali-kali. Bahkan ada juga yang mengoleksinya.

Edukasi ini penting agar suporter semakin dewasa dan matang dalam pemikiran. “Meski beberapa waktu lalu sempat ada ikrar damai antar suporter, tetap ada potensi kembali rusuh. Tetap ada faksi-faksi dalam suporter yang tidak setuju ada perdamaian,” katanya.

Dengan kematangan di internal individu masing-masing, harapannya tindakan bisa lebih dewasa. Tidak gampang terprovokasi yang ujungnya rusuh-rusuh lagi. Energi kecintaan pada klub, bisa digunakan justru untuk mengontrol manajemen klub apabila melenceng. Bahkan masa suporter klub yang besar bisa digunakan untuk mengawal kebijakan suatu daerah.

Kabar baiknya, situasi menonton sepak bola di stadion sudah membaik hari ini. Salah satunya berkat aturan tidak boleh membawa korek, rokok, sampai miras ke stadion. Bahwa tetap ada saja yang kecolongan itu perkara lain.

Setidaknya, kini Naratama sudah berani membawa istri, saudaranya perempuan, serta anak-anak untuk menonton bersama di stadion. “Aku pernah sama sepupu-sepupu, mereka ajak istri dan anak-anaknya nonton sepak bola bareng-bareng, di kursi VIP. Sekarang udah banyak ibu-ibu muda ajak anak dan bayi ke stadion,” kata Naratama. “Kalau dulu menonton sepak bola di stadion adalah satu langkah lebih dekat dengan kematian, kini menonton sepak bola mundur tiga empat langkah dari kematian, udah enjoy.”

Metode penelitian:

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner secara terbuka kepada jurnalis, suporter, tim ofisial, dan masyarakat umum yang memiliki pengalaman menonton sepak bola di Stadion Maguwoharjo Sleman dan Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya. Kuesioner dibagikan mulai 7 Juni 2023 hingga 6 Agustus 2023. Kami menargetkan 200 sampel dengan margin error 10 persen. Ada 215 responden yang mengisi kuesioner, namun hanya 203 responden yang memenuhi kriteria sampel. Adapun kriteria sampel terpenuhi apabila responden memiliki pengalaman langsung menonton sepak bola di Stadion GBT dan/atau Maguwoharjo, serta menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner. 

Dari 203 responden yang memenuhi kriteria, rinciannya sebanyak 90 responden pernah menonton sepak bola di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, 74 responden pernah menonton sepak bola di Stadion Maguwoharjo Sleman, dan 39 responden pernah menonton sepak bola di kedua stadion tersebut. 

Adapun latar belakang dari 203 responden terdiri dari 154 suporter, 5 pemain sepak bola, 41 jurnalis, dan 3 orang terdiri dari ofisial tim, fotografer, serta masyarakat umum.

Riset:

Sirojul Khafid (Harian Jogja) dan Rizka Nur Laily Muallifa (Merdeka.com)

Desainer infografis:

Rizka Nur Laily Muallifa

Karya ini merupakan bagian dari program Jaring Aman yang diselenggaran Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) bersama TIFA Foundation dan Human Right Working Group (HRWG)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ratusan Korban Banjir Konawe Utara Pilih Mengungsi Mandiri

News
| Sabtu, 11 Mei 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Menilik Jembatan Lengkung Zhaozhou Tertua di Dunia

Wisata
| Jum'at, 10 Mei 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement