Advertisement

Profil Kaoru Mitoma, Sarjana Penghancur Liverpool yang Bikin Skripsi tentang Rahasia Menggiring

Budi Cahyana
Senin, 30 Januari 2023 - 18:42 WIB
Budi Cahyana
Profil Kaoru Mitoma, Sarjana Penghancur Liverpool yang Bikin Skripsi tentang Rahasia Menggiring Kaoru Mitoma (kanan) menggiringi bola menghadapi bek Liverpool Trent Alexander-Arnold. - Instagram @kaoru.m.0520

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kaoru Mitoma menyita banyak perhatian awal pekan ini setelah golnya membenamkan Liverpool di Piala FA. Mitoma adalah sarjana yang menyusun skripsi tentang cara menggiring dan pengetahuan yang dia peroleh di universitas sangat berguna bagi kariernya.

Brighton mengalahkan Liverpool 2-1 di babak keempat Piala FA di Falmer Stadion, Minggu (29/1/2023). Mitoma mencetak gol kemenangan di menit ke-92 lewat cara yang indah. Di luar gol itu, kemampuan terbaik Mitoma adalah menggiring bola. Menurut catatan Opta, Mitoma 10 kali sukses menggiring bola saat melawan Liverpool, paling banyak dari seluruh pemain yang pernah menghadapi The Reds musim ini. Di Liga Inggris 2022-2023, Mitoma masuk dalam tiga pesar pemain dengan rata-rata giringan sukses tertinggi tiap 90 menit.

Advertisement

Korban giringan Mitoma adalah bek-bek yang punya reputasi lumayan di Inggris, seperti bek Chelsea Trevor Chalobah, bek Arsenal Ben White, dan yang terbaru bek Liverpool Trent Alexandre Arnold.

Mitoma masuk dalam skuad Jepang di Piala Dunia 2022 dan namanya menyita perhatian ketika Jepang mengalahkan Spanyol 2-1. Mitoma yang memberi asis untuk gol kemenangan Jepang yang dilesakkan Ao Tanaka.

Dari tayangan ulang, dan dari foto-foto yang terlihat, bola yang dioper Kaoru Mitoma kepada Ao Tanaka sudah melewati garis lapangan. Namun, wasit Victor Gomes sudah berkonsultasi dengan wasit VAR dan mengesahkan gol itu.

Jepang adalah tim yang berbeda dengan 31 peserta lain Piala Dunia 2022, perbedaan yang berasal dari latar belakang pemain dan bagaimana mereka memutuskan menjadi pesepak bola profesional.

Sembilan dari 26 pemain, atau lebih dari sepertiga tim, adalah "anak kuliahan": kiper Daniel Schmidt; bek Miki Yamane, Shogi Taniguchi, dan Yuto Nagatomo; gelandang Kaoru Mitoma, Hidemasa Morita, Junya Ito  dan Yuki Soma; serta striker Ayase Ueda.

Kita terbiasa melihat remaja sebagai pesepak bola penuh waktu. Luke Shaw pernah menjadi bek termahal dunia saat dibeli Manchester United dari Southampton di usia 19 tahun pada 2014. Erling Haaland sudah mencari nafkah di Molde saat berumur 16 tahun. Bojan Krkic membuat gol pertamanya untuk Barcelona ketika masih 17 tahun.  Ronaldo Nazario meninggalkan kampung halamannya di Brasil untuk bekerja sebagai pemain bola di Belanda pada usia 17 tahun dan mendapat Ballon d'Or kala berumur 21 tahun.

Sembilan pemain Jepang itu, mereka yang memilih kuliah daripada grusa-grusu menjadikan sepak bola sebagai mata pencaharian, adalah perkecualian. Mereka baru menjadi profesional selepas usia 21 tahun, tergolong telat untuk ukuran industri sepak bola.

Keterlambatan itu tidak menjadi soal dan ini menggambarkan kualitas bagus klub sepak bola di kampus Jepang.

Yuto Nagatomo menamatkan kuliah di Universitas Meiji sebelum bergabung dengan FC Tokyo di umur 21 tahun. Ketika usianya 25 tahun, dia pindah  ke Cesena di Seria A Liga Italia, kemudian menikmati tujuh musim yang lumayan mapan sebagai bek kiri Internazionale dan menjuarai Coppa Italia.

Kaoru Mitoma menolak tawaran sebagai pemain profesional Kawasaki Frontale saat usianya 18 tahun. Dia tak ingin seperti pemain muda lainnya yang keburu layu sebelum matang. Mitoma memilih merampungkan kuliah di Universitas Tsukuba sambil bermain di klub kampus.

Di Universitas Tsukuba, Mitoma mengambil jurusan Pendidikan Jasmani dan menyusun skripsi tentang kemampuannya menggiring bola dan mengapa bola giringannya kadang mudah lepas.

BACA JUGA: Kekalahan Maroko dan Frustrasi Anak Muda Negeri Magribi

The Athletic menurunkan laporan panjang soal perjalanan karier Mitoma dari sepak bola kampus hingga ke Eropa.

Mitoma merampungkan kuliah dalam  waktu tiga tahun. Mitoma membuat penelitian mengenai mengenai teknik mendribel melewati lawan. Dia memanfaatkan kamera GoPro yang dipasang di kepalanya untuk merekam gerakan mendribel. Kemudian, Mitoma mengambil kesimpulan: titik gravitasi sangat penting dalam menentukan momentum giringan.

Pemain akan lebih baik dalam menggiring bola apabila memperhatikan lawan dan ruang di hadapannya alih-alih melihat bola yang dia giring. Kepada The Athletic, Mitoma berkata, “Jika saat menggiring saya bisa menggerakkan tubuh lawan, saya akan menang,” kata dia.

Ketika sudah jadi sarjana dan merasa siap menjadi pesepak bola pro, usianya 21 tahun pada 2018, Mitoma menandatangani kontrak profesional di Kawasaki Frontale. Cukup tiga musim di Kawasaki, Mitoma kemudian bergabung dengan Brighton & Hove Albion di Liga Inggris. Mitoma tak langsung bermain untuk Brighton, tetapi dipinjamkan terlebih dahulu ke klub Belgia, Union SG.

Di Belgia, Mitoma menarik perhatian setelah membuat hattrick melawan Seraing begitu masuk di awal babak kedua.

“Dia menghancurkan mereka. Dia punya giringan yang sangat bagus dan kemampuan fisik mengagumkan,” ujar Christian Burgess, bek Union, sebagaimana dikutip Sky Sport.

“Kemampuan mencetak golnya seperti Thierry Henry,”

Mitoma bukan sekadar figuran di Brighton. Dia penyerang kepercayaan Roberto De Zerbi. Mitoma memberi asis untuk Leandro Trossard saat Brighton membenamkan Chelsea 4-1.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Perpanjang Kenaikan HET Beras Premium untuk Jaga Stok di Pasaran

News
| Selasa, 19 Maret 2024, 14:47 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement