Advertisement

Olimpiade Paris 2024 Diwarnai Kontroversi: Penolakan Israel, Larangan Jilbab hingga Sabotase Kereta Api

Aprianto Cahyo Nugroho
Sabtu, 27 Juli 2024 - 10:27 WIB
Sunartono
Olimpiade Paris 2024 Diwarnai Kontroversi: Penolakan Israel, Larangan Jilbab hingga Sabotase Kereta Api Olimpiade Paris. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Olimpiade Paris 2024 resmi dibuka dengan upacara meriah di Sungai Seine, Paris, Prancis, Jumat (26/7/2024). Upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 menjadi sejarah baru karena untuk pertama kalinya tidak berlangsung di stadion. 

Akan tetapi pembukaan yang meriah ini tidak dilalui dengan mulus. Sejumlah kontroversi dan insiden terjadi, di antaranya seruan untuk melarang Israel bertanding, sabotase jalur kereta api, dan masalah politik seperti larangan atlet di Prancis mengenakan jilbab.

Advertisement

Beberapa jam sebelum upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024, jaringan kereta api berkecepatan tinggi TGV Prancis dilaporkan mengalami sabotase. Melansir Reuters, operator kereta SNCF mengatakan bahwa para perusak telah merusak kotak sinyal di sepanjang jalur yang menghubungkan Paris dengan kota-kota seperti Lille di utara, Bordeaux di barat, dan Strasbourg di timur.

BACA JUGA : Palestina Tuding Komite Olimpiade Internasional Terapkan Standar Ganda Terhadap Israel

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas sabotase ini. Dua sumber keamanan mengatakan modus operandi berarti kecurigaan awal jatuh pada militan sayap kiri atau aktivis lingkungan, tetapi mereka mengatakan belum ada bukti. Perdana Menteri Gabriel Attal menolak untuk berspekulasi mengenai kemungkinan kelompok tersebut berada di balik sabotase tersebut. "Penyelidikan sedang dimulai, saya meminta semua orang untuk berhati-hati," katanya.

Sementara itu, polisi mengatakan bandara Basel-Mulhouse-Freiburg yang terletak di perbatasan Prancis-Swiss-Jerman dievakuasi karena ancaman bom. Bandara tersebut kemudian dibuka kembali dan melanjutkan operasinya. Larangan Atlet Prancis Mengenakan Hijab Sementara itu, kontrovesi muncul seputar pelarangan atlet wanita Prancis mengenakan hijab selama bertanding dalam Olimpiade.

Melansir Anadolu Agency, Pada September tahun lalu, Menteri Olahraga Prancis saat itu, Amelie Oudea-Castera, mengatakan bahwa atlet Prancis akan dilarang mengenakan jilbab selama Olimpiade. Keputusan tersebut menuai banyak kritik dan protes, terutama karena Prancis merupakan rumah bagi salah satu komunitas Muslim terbesar di Eropa.

Para pejabat Prancis berpendapat bahwa tim Olimpiade negara itu akan dianggap sebagai pegawai negeri dan oleh karena itu harus mematuhi aturan sekularisme yang ketat. Pelari cepat Prancis Sounkamba Sylla dilaporkan akan mengenakan penutup kepala untuk menghindari larangan mengikuti upacara pembukaan Olimpiade.  

BACA JUGA : Lawan Timnas Indonesia, Guinea Dikabarkan Mengundurkan Diri dari Play Off Olimpiade Paris 2024, Faktanya Seperti Ini

Seruan Anti-Israel Olimpiade Paris 2024 berlangsung saat Israel terus melakukan serangan di jalur Gaza, yang telah mengakibatkan lebih dari 39.000 orang tewas sejak 7 Oktober 2023. Warga Palestina dan pengunjuk rasa pro-Palestina di seluruh dunia telah mendesak Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mengeluarkan Israel dari Olimpiade.

Banyak yang berpendapat bahwa tindakan Israel terhadap warga Palestina mendiskualifikasi mereka untuk berkompetisi di Olimpiade, dan membandingkannya dengan Afrika Selatan, yang dilarang mengikuti Olimpiade dari tahun 1964 hingga 1988 karena kebijakan apartheidnya. Namun Presiden IOC Thomas Bach menekankan netralitasnya setelah terhadap seruan Palestina agar Israel dilarang dari Olimpiade Paris 2024 karena perang di Gaza.

Bach sebelumnya telah menerima surat dari Komite Olimpiade Palestina yang meminta untuk melarang Israel dengan alasan pengeboman di Jalur Gaza sebagai pelanggaran gencatan senjata Olimpiade. Surat itu menekankan bahwa atlet-atlet Palestina, khususnya yang berada di Gaza, tidak diberi jalan yang aman dan sangat menderita karena konflik yang sedang berlangsung. Selain itu, sekitar 400 atlet Palestina telah terbunuh dan penghancuran fasilitas olahraga memperburuk penderitaan para atlet yang sudah berada di bawah pembatasan yang parah.

"Posisi IOC sangat jelas. Kami memiliki dua Komite Olimpiade Nasional, itulah perbedaannya dengan dunia politik, dan dalam hal ini, keduanya telah hidup berdampingan secara damai,” jelas Bach seperti dikutip Times of Israel.

BACA JUGA : Pelatih Guinea Sebut Indonesia Negara Miskin, Cek Faktanya

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menekankan bahwa atlet Israel diterima di Olimpiade Paris, dan menolak seruan untuk boikot. "Atlet Israel disambut baik di negara kami. Mereka harus dapat berkompetisi di bawah warna mereka karena gerakan Olimpiade telah memutuskannya," katanya dalam wawancara pada Selasa (23/7/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BNPB: Dampak Kerusakan Gempa di Bali Ditangani dengan Cepat

News
| Minggu, 08 September 2024, 06:37 WIB

Advertisement

alt

Resor Ski Indoor Terbesar di Dunia di Shanghai China, Berukuran 350 Ribu Meter Persegi

Wisata
| Sabtu, 07 September 2024, 12:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement