Advertisement
Final Piala Asia: Qatar Tak Terusik Protes Sahibulbait
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Qatar dan Jepang akan memperebutkan trofi Piala Asia 2019, Jumat (1/2/2019) malam ini.
Qatar di semifinal mengalahkan tuan rumah UEA dengan skor telak 4-0. Sementara itu, Jepang mengalahkan Iran juga dengan skor telak 3-0. Laga final akan digelar di Zayed Sports City Stadium, UEA, Jumat (1/2/2019) pukul 21.00 WIB.
Advertisement
Duel Jepang melawan Qatar adalah pertarungan mental juara versus pertahanan terbaik. Jepang punya pengalaman empat kali menjuarai Piala Asia sedangkan Qatar memiliki tembok terbaik di Piala Asia kali ini karena belum pernah kebobolan hingga babak semifinal.
Pelatih Timnas Qatar, Felix Sanchez, mengatakan timnya tidak akan terganggu dengan kabar yang beredar tentang keabsahan dua pemain mereka menjelang duel final Piala Asia 2019.
Surat kabar National pada Kamis (31/1/2019), menurunkan berita yang menyatakan Uni Emirat Arab secara resmi mempertanyakan keabsahan Almoez Ali yang berusia 22 tahun dan bek kelahiran Irak, Bassam Al Rawi, 21, di skuat Qatar.
Ali yang lahir di Sudan, mencetak gol kedelapan ketika Qatar mempermalukan tuan rumah UEA dengan skor 4-0 di semifinal, Selasa (29/1/2019), sementara Al Rawi diskors saat pertandingan itu, tetapi diperkirakan bisa tampil di final.
Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) mengonfirmasi bahwa protes telah diterima dari FA UEA mengenai dua pemain dan mereka akan menyelidiki masalah tersebut sesuai dengan peraturan AFC.
Namun Sanchez menegaskan tak akan terpengaruh dengan hal itu. "Kami hanya fokus pada pertandingan yang akan kami mainkan besok [Jumat malam], hal-hal lain yang tidak terkait dengan sepak bola tidak ada dalam pikiran kami saat ini. Saya sama sekali tidak khawatir," ucap Sanchez dikutip Reuters, Kamis.
FIFA mensyaratkan pemain yang pindah timnas harus memenuhi ketentuan yaitu bersama orang tua atau kakek-nenek mereka atau telah tinggal di suatu negara selama lima tahun setelah si pemain berulang tahun ke-18.
Di sisi lain, Sanchez mengatakan apabila bisa mengalahkan juara empat kali Jepang pada laga final nanti akan menjadi pencapaian terbesar dalam sejarah sepak bola tuan rumah Piala Dunia 2022 tersebut. "Ini adalah pertandingan terpenting dalam sejarah sepak bola Qatar. Para pemain sangat percaya diri dan menantikan pertandingan, tetapi kami sangat menghormati lawan kami, yang memiliki skuat fantastis dan telah menjalani turnamen dengan hebat," ungkap Sanchez.
Sementara itu, bintang Timnas Jepang, Maya Yoshida, yakin menenangi Piala Asia untuk kali kelima akan menjadi langkah besar bagi sepak bola Negeri Matahari Terbit tersebut serta menjadi pijakan kuat bagi tim muda mereka di panggung internasional.
Kapten Timnas Jepang yang juga bek klub Southampton tersebut adalah andalan di jantung pertahanan skut asuhan pelatih Hajime Moriyasu di Piala Asia kali ini.
"Jika kami mampu mendapat hasil terbaik di sini, itu akan membuat kami lebih diperhatikan saat kembali ke rumah dan itu akan mempenaruhi budaya olahraga di Jepang," ucap bek berusia 30 tahun tersebut.
Sang pelatih, Moriyasu, mengatakan Jepang wajib waspada terhadap ancaman Qatar. "Kami sadar Qatar adalah tim yang sangat kuat, mereka telah mencetak 16 gol dan menjaga clean sheet sepanjang turnamen, tetapi tidak peduli bagaimana mereka bermain, kami akan tetap memainkan permainan yang sama," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- PLS Harus Edukatif dan Menyenangkan, Tak Boleh Ada Kekerasan dan Perpeloncoan
- Sarasehan Hari Jadi ke-194, Bupati Singgung Bantul Masuk 4 Besar Kabupaten Paling Maju Versi BRIN
- Sempat Tertahan di Taiwan, Jasad PMI Asal Paliyan Akhirnya Bisa Dipulangkan ke Gunungkidul
- TPS3R Potorono Resmi Beroperasi, Bupati Bantul: Kita Harus Selesaikan Masalah Sampah!
- Ratusan Ribu Penerima Bansos Terindikasi Terlibat Judi Online, Ini Komentar Sosiolog UGM
Advertisement
Advertisement