Advertisement
Tak Mengheningkan Cipta untuk Korban Teror di Selandia Baru, Liga Inggris Dicap Munafik

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Liga Premier, Football League, dan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) dikritik kera tidak menggelar upacara mengheningkan cipta untuk menghormati 50 korban tewas akibat terorisme di dua masjid di Selandia Baru.
Brenton Tarrant, pria berusia 28 tahun melepaskan tembakan secara membabi buta di dua masjid di Selandia Baru dan menewaskan 50 orang, Jumat (15/3/2019). Sehari setelahnya, Liga Inggris, mulai dari kasta Liga Premier hingga Football League, dan juga Piala FA bergulir. Namun, tak ada satu pertandingan pun yang diawali dengan mengheningkan cipta. Ini berbeda dengan pertandingan di liga rugbi diawali mengheningkan cipta.
Advertisement
Kritik terhadap pengelola kompetisi profesional Inggris kian tajam karena saat terjadi serangan teroris di Paris pada 2015, para pemain klub-klub Liga Premier mengenakan ban berwarna hitam serta memutar lagu kebangsaan Prancis.
Yunus Lunat, mantan Ketua Dewan Persamaan Ras FA menyatakan sikap sepak bola Inggris terhadap terorisme sangat hipokrit.
Saat mengheningkan cipta pada 2015, Bos Liga Premier Inggris, Richard Scudamore mengatakan aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas dan mengenang 130 orang yang tewas. Namun, pernyataan senada tak terucap kali ini.
“Tidak ada alasan [untuk tidak menunjukkan simpati], meski tidak sama jumlah [korbannya], sepak bola selalu tampil memberikan penghormatan. Ini jelas standar ganda dan kemunafikan. Mengheningkan cipta selama satu menit sangat penting untuk dilakukan,” ujar Lunat kepada BBC Sport.
Ketika diminta komentar oleh BBC Sport, pengelola Liga Premer melalui akun Twitter, Jumat, menyatakan mereka ikut prihatin tehadap korban serangan mengerikan tersebut.
Sementara, pengelola Football League, kompetisi kasta bawah Liga Inggris, sama sekali tidak merespons atas pertanyaan yang diajukan BBC Sport.
Serangan teroris di Paris terjadi malam hari pada 13 November 2015. Sekelompok orang bersenjata menyerbu arena konser musik, kemudian stadion, restoran dan bar secara simultan, menewaskan 130 orang dan melukai ratusan lainnya.
Pertandingan persahabatan antara Inggris dan Prancis setelah serangan tersebut pun diawali dengan mengheningkan cipta.
Setahun kemudian, teror terjadi di Nice pada Juli 2016. Sebuah mobil ditabrakkan ke kerumunan dalam peringatan Hari Bastille. Kebrutalan itu merenggut 86 nyawa dan mencedarai lebih dari 300 orang. Kemudian, Stadion Wembley pun dihiasi oleh bendera triwarna dengan ucapan, “Kami memperlihatkan solidaritas kami kepada warga Nice.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pembangunan Sekolah Rakyat Ditargetkan Rampung Sebanyak 135 Lokasi pada 2026
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Pembangunan Jalan Alternatif Sleman-Gunungkidul Segmen B Segera Dimulai, Pagu Rp73 Miliar
- Luncurkan SPPG di Tridadi Sleman, Menko Muhaimin Ungkap Efek Berantai Bagi Masyarakat
- Produk UMKM Kota Jogja Diminati Peserta Munas VII APEKSI 2025
- Investasi di Sektor Utara Gunungkidul Bakal Digenjot
- Polisi Menangkap Tiga Pelaku Penganiayaan Ojol Pengantar Makanan di Pintu Masuk UGM
Advertisement