Advertisement
Ini Kisah Perempuan yang Akan Memimpin Laga Piala Super Eropa antara Liverpool dan Chelsea

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Perempuan mulai sering menjadi wasit di laga-laga sepak bola di Eropa seiring isu kesetaraan gender yang kian mendapat tempat di dunia.
Bibiana Steinhaus (Jerman), Aurelie Sara Bollier (Swiss), Claudia Romani (Italia) hingga Sian Massey Ellis (Inggris) adalah beberapa wasit perempuan yang sempat menyedot perhatian publik sepak bola dunia.
Advertisement
Kini giliran Stephanie Frappart yang siap memberi nuansa baru saat memimpin laga Piala Super UEFA antara Liverpool melawan Chelsea di Vodafone Park, Istanbul, Turki, Kamis (15/8/2019) dini hari WIB. Frappart bukanlah satu-satunya kaum hawa dalam jajaran perangkat pertandingan. Di laga tersebut, dia akan didampingi rekan senegaranya, Manuela Nicolisi dan Michelle O'Neill dari Irlandia.
Frappart, perempuan 35 tahun ini sejatinya telah kenyang pengalaman memimpin laga-laga si kulit bundar di Eropa. Bersama Nicolisi dan O'Neill, Frappart pernah memimpin laga Piala Dunia Wanita antara Amerika Serikat menghadapi Belanda pada 7 Juli lalu. Frappart juga menorehkan sejarah setelah ditunjuk memimpin duel Ligue 1 antara Amiens kontra Strasbourg April kemarin.
Mempunyai modal memimpin laga sekelas Ligue 1 dan Piala Dunia Wanita ternyata tak membuat Frappart bisa tenang memimpin Piala Super UEFA mendatang.
“Tekanannya berbeda, saya tahu betul bahwa orang-orang akan menunggu untuk melihat bagaimana saya memimpin pertandingan,” ujar Frappart seperti dilansir The Guardian.
Kompleksnya jalannya laga membuat Frappart pernah merasa tidak dihargai. Pada Oktober 2015, manajer Valenciennes, David Le Frapper pernah mencerca Frappart atas keputusannya yang tidak menghadiahkan penalti untuk timnya saat bermain imbang 0-0. Terlepas dari itu, kinerja Frappart di lapangan menuai respons positif dari berbagai tokoh. Banyak yang menilai Frappart layak memimpin laga penting. “Dia adalah wasit terbaik di Ligue 2, suaranya tenang tapi memiliki karisma. Dia menggunakan kata-kata yang tepat. Dia dapat menjelaskan, diplomatis dan Anda dapat berbicara dengannya,” puji gelandang AS Orlenas, Pierre Bouby.
Manajer Lille, Christophe Galtier juga memiliki pandangan serupa. Ia berkata kepada media Prancis bahwa Frappart adalah sosok yang diplomatis. “Ketika Anda adalah seorang manajer dan dipimpin seorang wasit pria yang memberikan tekanan, Anda akan mudah menjadi frustrasi, tetapi dia hanya menanggapi keluhan dengan senyum atau gerakan untuk membuat Anda berhenti,” ujar Galtier.
Frappart saat ini terus meniti kariernya sebagai juru kunci jalannya pertandingan. Piala Super UEFA 2019 bisa menjadi salah satu pencapaian terbaik dalam kariernya. “Senang sekali menunjukkan bahwa itu mungkin. Saya harap pencapaian ini akan membuat mereka [kaum perempuan] tergerak agar mereka mau mengejar impiannya,” ujar Frappart.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pembangunan Sekolah Rakyat Ditargetkan Rampung Sebanyak 135 Lokasi pada 2026
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Pembangunan Jalan Alternatif Sleman-Gunungkidul Segmen B Segera Dimulai, Pagu Rp73 Miliar
- Luncurkan SPPG di Tridadi Sleman, Menko Muhaimin Ungkap Efek Berantai Bagi Masyarakat
- Produk UMKM Kota Jogja Diminati Peserta Munas VII APEKSI 2025
- Investasi di Sektor Utara Gunungkidul Bakal Digenjot
- Polisi Menangkap Tiga Pelaku Penganiayaan Ojol Pengantar Makanan di Pintu Masuk UGM
Advertisement