Advertisement

Puluhan Atlet Wushu DIY-Jateng Ikuti Kejurda 2024

Alfi Annisa Karin
Minggu, 28 Juli 2024 - 20:17 WIB
Arief Junianto
Puluhan Atlet Wushu DIY-Jateng Ikuti Kejurda 2024 Puluhan atlet wushu asal DIY-Jateng mengikuti kompetisi kejuaraan daerah (Kejurda) Jet Kun Do Shao Lin Kung Fu Indonesia di SMKN 7 Jogja pada 27-28 Juli 2024. - Harian Jogja/Alfi Annissa Karin

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sasana Wushu Jet Kun Do Shao Lin Kung Fu Indonesia menggelar Kejuaraan Daerah (Kejurda) Wushu tingkat DIY-Jateng di Aula SMKN 7 Jogja pada 27-28 Juli 2024.

Kegiatan ini turut diikuti oleh 97 atlet wushu dari berbagai wilayah, seperti Kota Jogja, Sleman, Bantul, Magelang, Temanggung, hingga Boyolali. Peserta terdiri dari berbagai tingkatan usia, mulai dari usia kurang dari 12 tahun hingga 18 tahun ke atas.

Advertisement

Ketua Panitia Kejurda Wushu Jet Kun Do Shao Lin Kung Fu Indonesia, Muhammad Rifqi Aljabar menuturkan ini gelaran ini menjadi wadah bagi para atlet untuk mengasah kemampuan dan menorehkan prestasi.

“Utamanya untuk atlet yang belum mampu berkompitisi pada ajang yang lebih besar. Nantinya, atlet akan memperebutkan medali emas, perak, dan perunggu,” ucap dia saat ditemui di Aula SMKN 7 Jogja, Minggu (28/7/2024).

Rifqi menyebut Sasana Wushu Jet Kun Do Shao Lin Kung Fu Indonesia terhitung sudah menggelar kompetisi wushu sebanyak 3 kali. Antusias pada kompetisi kali ini terbilang tinggi, bahkan jauh melebihi ekspektasinya.

"Yang pertama 2014 ada 300 atlet, kedua hanya mempertandingkan satu kelas ada 150 atlet. Ini skup kita lebih kecil, tapi yang bertanding hampir 100 atlet. Ekspektasinya di atas bayangan kami," ujar Rifqi.

Rifqi menyebut wushu merupakan seni bela diri asal negeri Tiongkok. Tren olahraga wushu di Indonesia juga terbilang berkembang dengan baik. Atlet-atlet Indonesia tak jarang menyumbangkan medali emas pada ajang-ajang internasional.

Namun, wushu yang datang dari luar negeri ini turut menjadi tantangan bagi para pelatih dalam melakukan transfer ilmu kepada atlet. Ada perbedaan jika dibandingkan dengan seni beladiri lainnya, misalnya silat atau tapak suci.

"Inti gerakan ada perbedaan, lalu penamaan, dan jenis gerakan. Kalau gerakan silat ada kembangannya, sementara wushu gerakan sesuai dengan tujuannya," tuturnya.

Olahraga bela diri ini juga menyimpan risiko cukup tinggi. Sebab, wushu dilakukan sepenuhnya dengan kontak tubuh. Risiko yang bisa menimpa atlet mulai dari cidera, bahkan paling parah atlet bisa mengalami perobekan otot hingga pergeseran sendi.

Rifqi mengatakan, wushu bisa dilakukan mulai dari usia 5 tahun. "Kalau dulu yang dilatih mulai dari SMP ke atas. Sekarang lebih dini lebih baik," katanya.

Salah satu atlet wushu asal Boyolali, Rifta Anggraini mengaku melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari. Dia fokus pada latihan kardio dan pemusatan konsentrasi. Perempuan berusia 16 tahun ini mengaku antusias.

Pasalnya ini menjadi ajang pembuktian baginya pada kemampuan wushu yang dimiliki. Rifta terhitung telah menekuni olahraga wushu sejak 3 tahun terakhir. Ketertarikannya pada wushu juga terbilang tak sengaja.

"Awalnya kenal wushu dari kakak saya. Saya coba, lalu jadi kecanduan dan untuk menambah pengalaman juga," kata Rifta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Panggil Dirjen Anggaran Kemenkeu Terkait Dugaan Kasus Gratifikasi Eks Bupati Kukar

News
| Selasa, 22 Oktober 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China

Wisata
| Kamis, 17 Oktober 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement