Advertisement

Aiman Cahyadi dan Irama Panjang di Lintasan Balap Sepeda

Ariq Fajar Hidayat
Kamis, 25 Desember 2025 - 19:37 WIB
Maya Herawati
Aiman Cahyadi dan Irama Panjang di Lintasan Balap Sepeda Pebalap sepeda perwakilan DIY, Aiman Cahyadi. - Ist - Dok. Aiman Cahyadi

Advertisement

Harianjogja.com JOGJA—Di lintasan balap sepeda, waktu sering kali menjadi lawan paling jujur. Ia tak bisa ditawar, tak bisa diajak kompromi. Namun bagi Aiman Cahyadi, pebalap sepeda asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), waktu justru menjadi ruang belajar yang panjang, tentang kesabaran, kerja tim, dan keyakinan pada proses.

Di usia 32 tahun, Aiman kembali berdiri di podium tertinggi ajang olahraga terbesar Asia Tenggara. SEA Games 2025 di Thailand menjadi panggung tempat ia mengulang rasa emas yang terakhir kali ia cicipi pada 2019. Bedanya, kali ini bukan hanya satu keping medali yang ia bawa pulang, melainkan tiga, emas, perak, dan perunggu, dari nomor-nomor paling menuntut di balap sepeda jalan raya.

Advertisement

Medali emas itu datang dari nomor Cycling Road Men’s Team Time Trial, nomor yang menuntut presisi kolektif lebih dari kehebatan individu. Dalam balap waktu beregu, setiap kayuhan harus selaras, setiap pergantian harus presisi. Kesalahan satu orang bisa membuyarkan kerja tim.

“Di nomor team time trial, Indonesia terakhir menang itu sudah lama, belasan tahun,” tutur Aiman, Selasa (23/12/2025). “Akhirnya bisa menang lagi.”

Kemenangan itu terasa lebih bermakna karena diraih di kandang lawan. Thailand, sebagai tuan rumah, telah lama berlatih di lintasan yang sama. Sementara Aiman dan rekan-rekannya hanya punya waktu singkat untuk beradaptasi. Bagi Aiman, tantangan terbesar justru hadir sebelum lomba dimulai, membangun rasa percaya diri.

“Kita datang lebih belakangan. Yang paling berat itu menyiapkan mental, yakin bahwa latihan yang kita jalani cukup,” katanya.

SEA Games kali ini juga menjadi titik balik cara pandang Aiman terhadap peran dirinya sebagai atlet. Ia tak lagi mengejar kejayaan personal semata. Fokusnya bergeser: memastikan tim berjalan optimal, meski itu berarti harus mengorbankan energi dan ambisi individu.

“Aku tidak terlalu fokus di individual. Di sini peranku memang untuk tim. Di bawah 24 jam bisa main di nomor yang berbeda, itu tantangan tersendiri,” ujarnya.

Jadwal padat dan tuntutan tampil konsisten memaksa Aiman menjaga disiplin fisik dan mental. Baginya, lawan terberat bukan hanya pebalap dari negara lain, tetapi juga bagaimana menjaga tubuh tetap siap saat waktu istirahat nyaris tak ada.

Di balik capaian itu, Aiman merasakan perubahan besar dalam sistem pembinaan. Ia menyebut dukungan peralatan dan program latihan yang lebih terukur membuat atlet bisa fokus sepenuhnya pada performa.

“Dulu sering cari sponsor sendiri, beli sepeda pakai uang pribadi. Sekarang peralatan dan program latihan benar-benar disiapkan. Semuanya lebih terarah,” katanya.

Sebagai atlet yang membawa nama DIY, Aiman sadar setiap prestasi memiliki makna ganda, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk daerah yang ia wakili. Meski sempat tak tampil di Pekan Olahraga Daerah karena statusnya sebagai atlet nasional, apresiasi dari masyarakat tetap ia rasakan saat mampu mengibarkan nama Indonesia di ajang internasional.

Ia berharap kisahnya bisa menjadi pengingat bahwa mimpi besar tak selalu lahir dari jalan pintas. Ada fase menunggu, ada masa tertahan, ada tahun-tahun ketika hasil tak datang sesuai harapan.

“Alhamdulillah, emas, perak, perunggu sudah merasakan. Tapi ini bukan akhir,” ucapnya.

Selepas SEA Games, Aiman tak lama beristirahat. Agenda kejuaraan Asia sudah menanti, disusul mimpi besar lain: Asian Games. Dua kali tampil di ajang itu, ia belum pernah menembus lima besar. Namun kali ini, ia membawa harapan dengan cara yang lebih tenang, realistis, tapi penuh keyakinan.

“Minimal perunggu. Itu target yang ingin benar-benar diusahakan,” katanya.

Di lintasan panjang kariernya, Aiman Cahyadi terus mengayuh dengan ritme yang sama. Tak selalu cepat, tak selalu mudah. Namun konsisten. Tiga medali dari Thailand hanyalah satu penanda: bahwa selama ia masih percaya pada proses, garis finis berikutnya selalu layak diperjuangkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

BNPB Terapkan Pola Kerja 18 Jam Percepat Huntara di Sumatera

BNPB Terapkan Pola Kerja 18 Jam Percepat Huntara di Sumatera

News
| Kamis, 25 Desember 2025, 21:17 WIB

Advertisement

Jogja Puncaki Urutan Destinasi Favorit Liburan Keluarga Akhir Tahun

Jogja Puncaki Urutan Destinasi Favorit Liburan Keluarga Akhir Tahun

Wisata
| Rabu, 24 Desember 2025, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement